Keluargaku Motivasiku
Teringat kata-kata ibu, “Nduk,
sinau sing tenanan, ben pinter gak kaya ibu bapakmu. Mumpung bapak ibumu iseh
enom, iseh kuat membiayaimu sekolah, mbesok ben dadi wong sing berhasil.
Ngamungno bapak ibumu sing gak iso ngrampungke sekolahe amargo kahanan jaman
semono”.
Kata-kata tersebut menjadi awal motivasiku untuk senantiasa
belajar dengan sebaik-baiknya.
Memang, aku berasal dari sebuah keluarga sederhana. Bapak dan
ibu dahulu tidak bisa menyelesaikan pendidikan walau hanya Sekolah Dasar,
membaca belum bisa, bahkan membaca Al Qur’an hanya sekedar hafalan bacaan
sholat dan dzikir seadanya. Maka dari itu, pekerjaan yang layakpun tidak bisa
beliau raih.
Ayah, anak keempat dari enam bersaudara. Yatim sejak berumur
10 tahun. Hal tersebut menjadikan beliau terpaksa harus menjadi buruh pengambil
nira kelapa sejak kecil dan memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Umur 13 tahun
ayah turut bersama kakaknya merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai buruh
bangunan. Pekerjaan itulah yang sampai sekarang menjadi tulang punggung
keluargaku hingga dapat membiayaiku kuliah di salah satu Perguruan Tinggi
Negeri Faforit di Jawa Tengah. Aku sangat bangga pada ayah. Ayah yang
senantiasa memenuhi semua kebutuhan keluarga, sekolahku dan sekolah
adik-adikku.
Ibu adalah anak tunggal dari almarhumah nenekkku yang ditinggal
pergi oleh kakekku sejak dalam kandungan. Karena beban permasalahan yang cukup
berat, nenekpun tak kuasa memikul seorang diri, hingga pada usia ke-13
kelahiran ibu, nenekpun wafat. Tinggallah ibu seorang diri tanpa ayah dan ibu. Selanjutnya
ibu diasuh oleh paman beliau. Keluarga paman ibu inilah yang aku anggap sebagai
kakek nenekku karena belum pernah aku melihat wajah kakek nenek kandungku. Ini
adalah takdir terbaik yang diberikan
oleh Allah kepada ibu dan keluarga. Ibu menjadi wanita tertegar dalam hidup
yang kujumpai, wanita tersabar dan wanita terhebat dalam sejarah hidupku. Ibu
senantiasa memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. I love you mom.
Kisah hidup ayah dan ibu sangat menginspirasi perjalananku.
Aku dan adik-adik adalah orang yang paling beruntung di belahan dunia,
dilahirkan dan dibesarkan oleh orang-orang yang tegar dan hebat. Impianku
bersama adik-adik adalah keberhasilan kami agar ayah dan ibu bangga. Menjadi
kebanggaan ayah ibu merupakan hadiah terindah yang akan kami berikan kepada
beliau. Itulah yang akan kami persembahkan untukmu ayah ibu tercinta.
Berusaha selalu menjadi terbaik di kelas, juara ketika lomba,
mendapat hadiah, dan mendapatkan beasiswa adalah hal-hal kecil yang bisa kami
persembahkan untuk ayah dan ibu saat duduk di bangku sekolah. Tidak membuat
ayah ibu kecewa dan sedih adalah hal yang harus kami lakukan. Sebagai manusia
lemah, aku sering membuat ayah ibu kecewa karena perbuatanku. Hingga kini, aku
belum bisa menjadi kebanggaan ayah ibu. Tetapi, yakinlah padaku ayah ibu, kelak
aku pasti berhasil dan menjadi kebanggaan ayah ibu. Keridhoanmu lah yang
senantiasa mengiringi perjalananku. Ridhomu adalah motivasi bagiku. Doa
malam-malammu adalah sumber kekuatanku. Dan senyummu adalah sumber
kebahagiaanku.
Semarang, 15 Februari 2012. (23:36)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar