Pengalaman Guru Terbaik Dalam Hidup

Pengalaman Guru Terbaik Dalam Hidup
Tetap senyum, Selalu tersenyum

Jumat, 14 September 2012

Keluargaku Motivasiku


Keluargaku Motivasiku

Teringat kata-kata ibu, “Nduk, sinau sing tenanan, ben pinter gak kaya ibu bapakmu. Mumpung bapak ibumu iseh enom, iseh kuat membiayaimu sekolah, mbesok ben dadi wong sing berhasil. Ngamungno bapak ibumu sing gak iso ngrampungke sekolahe amargo kahanan jaman semono”.

Kata-kata tersebut menjadi awal motivasiku untuk senantiasa belajar dengan sebaik-baiknya.

Memang, aku berasal dari sebuah keluarga sederhana. Bapak dan ibu dahulu tidak bisa menyelesaikan pendidikan walau hanya Sekolah Dasar, membaca belum bisa, bahkan membaca Al Qur’an hanya sekedar hafalan bacaan sholat dan dzikir seadanya. Maka dari itu, pekerjaan yang layakpun tidak bisa beliau raih.

Ayah, anak keempat dari enam bersaudara. Yatim sejak berumur 10 tahun. Hal tersebut menjadikan beliau terpaksa harus menjadi buruh pengambil nira kelapa sejak kecil dan memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Umur 13 tahun ayah turut bersama kakaknya merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai buruh bangunan. Pekerjaan itulah yang sampai sekarang menjadi tulang punggung keluargaku hingga dapat membiayaiku kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Faforit di Jawa Tengah. Aku sangat bangga pada ayah. Ayah yang senantiasa memenuhi semua kebutuhan keluarga, sekolahku dan sekolah adik-adikku.

Ibu adalah anak tunggal dari almarhumah nenekkku yang ditinggal pergi oleh kakekku sejak dalam kandungan. Karena beban permasalahan yang cukup berat, nenekpun tak kuasa memikul seorang diri, hingga pada usia ke-13 kelahiran ibu, nenekpun wafat. Tinggallah ibu seorang diri tanpa ayah dan ibu. Selanjutnya ibu diasuh oleh paman beliau. Keluarga paman ibu inilah yang aku anggap sebagai kakek nenekku karena belum pernah aku melihat wajah kakek nenek kandungku. Ini adalah  takdir terbaik yang diberikan oleh Allah kepada ibu dan keluarga. Ibu menjadi wanita tertegar dalam hidup yang kujumpai, wanita tersabar dan wanita terhebat dalam sejarah hidupku. Ibu senantiasa memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. I love you mom.

Kisah hidup ayah dan ibu sangat menginspirasi perjalananku. Aku dan adik-adik adalah orang yang paling beruntung di belahan dunia, dilahirkan dan dibesarkan oleh orang-orang yang tegar dan hebat. Impianku bersama adik-adik adalah keberhasilan kami agar ayah dan ibu bangga. Menjadi kebanggaan ayah ibu merupakan hadiah terindah yang akan kami berikan kepada beliau. Itulah yang akan kami persembahkan untukmu ayah ibu tercinta.

Berusaha selalu menjadi terbaik di kelas, juara ketika lomba, mendapat hadiah, dan mendapatkan beasiswa adalah hal-hal kecil yang bisa kami persembahkan untuk ayah dan ibu saat duduk di bangku sekolah. Tidak membuat ayah ibu kecewa dan sedih adalah hal yang harus kami lakukan. Sebagai manusia lemah, aku sering membuat ayah ibu kecewa karena perbuatanku. Hingga kini, aku belum bisa menjadi kebanggaan ayah ibu. Tetapi, yakinlah padaku ayah ibu, kelak aku pasti berhasil dan menjadi kebanggaan ayah ibu. Keridhoanmu lah yang senantiasa mengiringi perjalananku. Ridhomu adalah motivasi bagiku. Doa malam-malammu adalah sumber kekuatanku. Dan senyummu adalah sumber kebahagiaanku.

Semarang, 15 Februari 2012. (23:36)

Ruangan itu awal Perjalanan Impianku


Ruangan itu awal Perjalanan Impianku

Dengan berat hati aku pergi meninggalkan sebuah ruangan yang banyak memberiku semangat untuk senantiasa beranjak menjadi lebih baik dan lebih bermakna bagi orang lain. Karena sejatinya kita hidup akan lebih bahagia jika bisa bermanfaat bagi banyak orang. Maka dari itu, atas dasar tersebut sekuat tenaga aku mengikuti prinsip itu. Kepergianku mencurahkan derasnya air mata bunda yang saat itu turut mengantarkanku ke ruangan itu hingga meninggalkan ruangan dan menuju sebuah minibus yang akan melaju ke Boyolali dan Semarang. Air matakupun tak kalah derasnya mengalir tanpa diperintahkan mengiringi sepanjang perjalananku ke Semarang, sebuah kota yang sudah pernah aku singgahi saat mengikuti sebuah training motivation yang diselenggarakan oleh mahasiswa penerima Beastudi etos Universitas Diponegoro Semarang. Ruangan itu memberiku banyak kenangan indah dimana aku belajar memahami orang lain, dan belajar mengerti artinya hidup di dunia yang tak lain adalah memimpin alam semesta dan mengabdi kepada sang Pencipta.
Air mataku tidak dapat dibendung oleh apapun. Aku tidak tahu perasaan apa yang terjadi pada diriku saat itu. Sedih, haru, bahagia... entahlah, yang pasti saat itu persaanku tidak karuan. Sepanjang perjalananku ke kota Semarang buliran air mata itu yang senantiasa menemaniku. Hingga, tak ku hiaraukan hiruk pikuk dan keramaian penumpang di sekelilingku. Pikiranku hanya tertuju sebuah tempat yang belum pernah aku jamah sama sekali. Hanya berbekal rute perjalanan yang diberikan temanku, aku menuju auditorium Imam Barjo Universitas Diponegoro untuk registrasi sebagai calon Mahasiswa Universitas Diponegoro Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Perasaanku haru karena akhirnya ayah bunda meridhoi dan merelakanku untuk melanjutkan studi di Perguruan Tinggi walau berbekal uang pinjaman untuk registrasi dari sang guru Fisika tercinta.
Kenangan di ruangan itu tidak dapat terlupakan. Ketika itu aku dan bunda tidak dapat berkata apa-apa. Bahkan ucapan terimaksih saja tak kuasa untuk kami katakan. Hanya buliran air mata yang menandakan kami sangat berterimaksih kepada beliau, sang guru tercinta. Seseorang yang senantiasa memotivasiku untuk berani melangkah meraih impian-impian indah. Untuk berani memutuskan hal yang terbaik untuk masa depan keluarga dan umat. Beliau selalu mengatakan bahwa apa salahnya kita bermimpi, apa salahnya kita mencoba. Kita tidak pernah mengetahui seberapa kemampuan kita kalau kita belum pernah mencobanya. “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadsaan suatu kaum sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. Ar-Ra’ad: 11).
Seperginya dari ruangan itu, aku pindah ke ruangan yang lebih luas dan lebih terbuka, sehingga aku bisa lebih banyak belajar arti kehidupan. Terimakasih untuk sang peminjam ruangan indah itu, yang akan selalu terkenang dalam benakku karena jasanya memberikan pondasi dan  motivasi kepadaku. Terimakasih kepada Ayah bunda atas ridhonya memberikanku banyak kesempatan untuk senantiasa terus belajar. Belajar, terus belajar, dan berharap dapat menciptakan ruangan-ruangan indah lainnya untuk para pencari impian mulia selanjutnya. 

Februari 2012

Photo "Seminar Alltech" @Crowne Plaza Hotel Jakarta


Sepotong Episode Tarbiyahku


Aku, Tarbiyah dan PKS

Sepotong Episode Tarbiyahku

Tarbiyah berarti pendidikan. Namun, saya akan memaparkan mengenai perjalanan tarbiyah saya semenjak mengenal dakwah saja. Tarbiyah saya berawal dari sekitar akhir tahun 2005 lalu, semenjak dikenalkan oleh pembina Rohis SMA Negeri 1 Karanggede kepada istrinya Bunda Evi Ediningsih untuk belajar dalam “ Liqo”, walaupun mengenal mentoring sudah sejak awal masuk SMA yang dibina oleh kakak angkatan. Saat itu awal saya berhijrah mengenakan jilbab karena awal SMA hingga kurang lebih 1 tahun berjalan belum bisa mengenakan busana yang sesuai syariat islam itu. Senang rasanya mendapat sambutan yang luar biasa dari pembina rohis, kakak2 kelas yang di Rohis, temen2 sebangku dan sekelas, bahkan hampir semua temen2 di SMA Negeri 1 Karanggede.
Bagi saya, mengenakan busana yang sesuai syariat tersebut sangat menyenangkan dan menenteramkan hati. Pertama kalinya hijrah menggunakan jilbab, keluarga sangat kaget dan sedikit kecewa karena harus ganti seragam baru yang berarti harus mengeluarkan biaya lagi untuk membelinya. Tetapi alhamdulillah hal tersebut akhirnya tidak menjadi masalah. Toh, yang dipakai membeli seragam barupun memakai uang tabungan saya sendiri. Setelah saya memulai memberanikan beralih mengenakan jilbab, banyak teman yang mengikuti jejakku yang awalnya tidak berani hijrah, bahkan peleton putri paskibrapun akhirnya berjilbab. Alhamdulillah juga, guru-guru sangat well come dengan perubahan pakaian-pakaian syari yang kita kenakan.
Teman-teman liqo SMA berjumlah 10 orang: Dian, Retno, Istiqomah, Intan, Wahyu, Asri, Catur, Ima, Wahyuni, dan Siti. Saking pengen tahunya, saya dan beberapa teman seliqo’an pun belajar di dua murobbi, yang satu dari tarbiyah dan satunya lagi adalah dari salafi. Saat itu, kami tidak tahu kalau dalam pembelajaran (tarbiyah) terdapat tingkatan-tingakatannya yang mulai ilmu dasar dan seterusnya, sehingga kita bisa belajar secara bertahap. Maka dari itu, sebenarnya tidak baik jika belajar di dua murobbi.
Dari kelompok liqo saat itu, saya mendapatkan banyak motivasi dan informasi. Hingga, yang awalnya tidak mempunyai pemikiran kuliah menjadi tertarik untuk melanjutkan ke jenjang strata 1. Namun, keinginan melanjutkan kuliah tidak disetujui oleh kedua orang tua karena alasan biaya yang cukup tinggi dan ayah sangat takut jika nantinya tidak bisa menyelesaikannya. Beastudi etos adalah solusi dari permasalahan yang saya hadapi saat itu. Orang tua pun menyetujui saya mendaftar beasiswa itu jika memang keinginanku untuk melanjutkan sangat besar. Alhamdulillah, berkat ridho orang tua saya keterima menjadi salah satu dari 130 orang dari seluruh Indonesia yang beruntung mendapatkan beasiswa tersebut.
Dengan bantuan beastudi etos, saya menjalani perkuliahan di Jurusan Nutrisi dan Makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Di etos, saya menemukan komunitas tarbiyah yang hampir sama dengan saat di SMA, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan agenda-agendanya. Selain di etos dengan pola pembinaan yang intensif, saya juga bergabung dengan komunitas tarbiyah Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro melalui Lembaga Keluarga Muslim An Nahl. Dari etos dan An Nahl saya mulai mengenal esensinya berdakwah, yang saat SMA belum begitu mengenalnya. Ternyata, tarbiyah dan dakwah itu adalah suatu kewajiban bagi muslim yang sangat jelas diterangkan dalam Al-Qur’an.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. 3:104).
Semenjak di Universitas, saya menjadi tahu bahwa tarbiyah dan dakwah adalah hal yang sangat berhubungan. Keduanya harus berjalan secara beriringan. Tarbiyah menjadi dasar mengambil tindakan dalam dakwah, dan dakwah akan berjalan dengan baik jika orang-orang yang terlibat di dalamnya tertarbiyah dengan baik, sehingga banyak yang bilang bahwa “tarbiyah bukan segala-galanya, tetapi hal-hal yang luar biasa bisa terjadi berawal dari tarbiyah”.
Dalam berdakwah, sangat diperlukan adanya sebuah wadah yang digunakan untuk menaungi keberlangsungan kegiatan agar gol setting yang ingin dicapai dapat tercapai dengan maksimal mungkin. Maka dari itu, kita memerlukan adanya sebuah lembaga yang dapat digunakan untuk merencakan, mengkoordinir, dan mendistribusikan amal ma’ruf nahi munkar agar hasilnya dapat dirasakan oleh banyak orang. Nah, salah satunya adalah melalui sebuah lembaga yang memang ada di Indonesia yaitu “Partai”. Mungkin banyak orang mengatakan bahwa partai hanya melakukan hal-hal yang bersifat politik saja dan biasanya dianggap ‘kotor’ dan hanya berkepentingan untuk eksistensi diri dan partainya saja, memperoleh jabatan dan lain-lain. Dengan adanya banyak persepsi tersebut, diperlukan solusi dan bukti untuk mengatasi hal-hal tersebut.

Partai Keadilan Sejahtera?

Partai Keadilan Sejahtera adalah sebuah lembaga dakwah, dimana orang-orang yang di dalamnya hampir seluruhnya terlibat dalam aktifitas tarbiyah dan dakwah. Dari lembaga tersebutlah yang banyak mengajarkan berbagi aktifitas tarbiyah dan dakwah kepada saya selama ini. Yang mencetak orang-orang hebat yang senantiasa memotivasi diri saya hingga saya bisa melangkahkan kaki di Semarang dan merasakan duduk di bangku perkuliahan, serta mengajarkan berbagai pengetahuan keislaman, sosial kemasyarakatan, dan kemandirian.
Pada awalnya, saya agak kecewa ternyata yang mengajarkan berbagai hal yang saya senangi, yang memotivasi saya untuk sennatiasa bisa memperbaiki diri, dan yang menyampaikan saya ke dalam dunia tarbiyah adalah bagian dari kader partai. Saat itu, manset saya masih seperti yang saya tuliskan di paragraf sebelumnya yaitu bahwa partai dan politik adalah kotor. Namun, setelah mengetahui dari berbagi informasi dan saya sendiri ikut ke dalam agenda-agendanya, manset saya jadi berubah bahwa partai adalah wadah legal yang bisa digunakan untuk mencetak pemimpin-pemimpin yang nantinya menjadi pemimpin masyarakat di Indonesia. Karena melakukan amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan pemimpin-pemimpinnya. Jika pemimpinnya baik, akan lebih mudah mengajak banyak orang ikut dalam berbuat kebaikan. Jadi, untuk itu diperlukan wadah, lembaga atau jamaah dengan tujuan yang sama yaitu beramar ma’ruf nahi munkar (PKS).

Mei 2012

Asisten Biokimia STIKES Telogorejo 2012


Keluarga adalah Bentuk Terkecil dari Sebuah Bangsa


Keluarga adalah Bentuk Terkecil dari Sebuah Bangsa

“Aku nikahkan Fulanah pada Fulan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sebuah mushaf dibayar tunai”. Kalimat tersebut tentunya tidak asing kita dengarkan. Mungkin, seketika membaca kalimat tersebut, terbayanglah detik-detik menegangkan dalam kehidupan. Hari ketika dua orang insan memulai kehidupan barunya, kehidupan berumah tangga.
Berumah tangga lebih dari hanya penyatuan fisik formal antara seorang laki-laki dan seorang perempuan tetapi adalah penyatuan dua jiwa. Pernikahan merupakan penyatuan dua keluarga, dua masyarakat dengan latar belakang beragam bahkan penyatuan dua bangsa. Membangun rumah tangga juga berarti menyatunya dua orang untuk mewujudkan visi yang lebih besar. Salah satunya adalah melahirkan anak-anak yang akan luar biasa sumbangsihnya dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan penegak agama. Setiap sudut dalam rumah akan menjadi saksi tempat dilahirkannya manusia-manusia besar yang akan membawa perubahan dalam suatu bangsa.
Suasana keluarga akan berpengaruh dalam diri seseorang terkait cara pandang terhadap dunia dan tindakan untuk menyikapinya. Orangtua akan menjadi refrensi seorang anak dalam penyelesaian permasalahannya dan biasanya gambaran ideal orangtua akan dijadikan pertimbangan segala tindakannya. Tindakan dan tingkah laku seorang anak merupakan cerminan dari orangtuanya. Sehingga, pemilihan pasangan dalam sebuah pernikahan sangat penting karena nantinya akan menentukan kualitas keluarga. Kualitas sebuah keluarga juga akan menentukan kulaitas suatu bangsa sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga adalah bentuk terkecil dari sebuah negara. Jika semua keluarga dalam sebuah negara baik maka sudah tentu negara itu akan baik demikian juga sebaliknya. Karena, anak yang baru saja lahir maka pertama kali dilihat adalah keluarganya, khususnya adalah orangtuanya dan sudah tentu segala tindakan dan tingkah laku orangtuanya yang akan ditiru anaknya. Maka dari itu, tauladan dan pendidikan orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Anak yang merupakan penerus generasi bangsa. Bangsa yang baik berawal dari masyarakat yang baik, masyarakat yang baik berawal dari keluarga yang baik, dan awal baik sebuah keluarga adalah dari pernikahan yang diridhoiNya.

 *dibuat dalam rangka mengikuti lomba essay yang diselenggarakan oleh Forum Indonesia Muda (FIM) Juli 2011