Pengalaman Guru Terbaik Dalam Hidup

Pengalaman Guru Terbaik Dalam Hidup
Tetap senyum, Selalu tersenyum

Jumat, 14 September 2012

Sepotong Episode Tarbiyahku


Aku, Tarbiyah dan PKS

Sepotong Episode Tarbiyahku

Tarbiyah berarti pendidikan. Namun, saya akan memaparkan mengenai perjalanan tarbiyah saya semenjak mengenal dakwah saja. Tarbiyah saya berawal dari sekitar akhir tahun 2005 lalu, semenjak dikenalkan oleh pembina Rohis SMA Negeri 1 Karanggede kepada istrinya Bunda Evi Ediningsih untuk belajar dalam “ Liqo”, walaupun mengenal mentoring sudah sejak awal masuk SMA yang dibina oleh kakak angkatan. Saat itu awal saya berhijrah mengenakan jilbab karena awal SMA hingga kurang lebih 1 tahun berjalan belum bisa mengenakan busana yang sesuai syariat islam itu. Senang rasanya mendapat sambutan yang luar biasa dari pembina rohis, kakak2 kelas yang di Rohis, temen2 sebangku dan sekelas, bahkan hampir semua temen2 di SMA Negeri 1 Karanggede.
Bagi saya, mengenakan busana yang sesuai syariat tersebut sangat menyenangkan dan menenteramkan hati. Pertama kalinya hijrah menggunakan jilbab, keluarga sangat kaget dan sedikit kecewa karena harus ganti seragam baru yang berarti harus mengeluarkan biaya lagi untuk membelinya. Tetapi alhamdulillah hal tersebut akhirnya tidak menjadi masalah. Toh, yang dipakai membeli seragam barupun memakai uang tabungan saya sendiri. Setelah saya memulai memberanikan beralih mengenakan jilbab, banyak teman yang mengikuti jejakku yang awalnya tidak berani hijrah, bahkan peleton putri paskibrapun akhirnya berjilbab. Alhamdulillah juga, guru-guru sangat well come dengan perubahan pakaian-pakaian syari yang kita kenakan.
Teman-teman liqo SMA berjumlah 10 orang: Dian, Retno, Istiqomah, Intan, Wahyu, Asri, Catur, Ima, Wahyuni, dan Siti. Saking pengen tahunya, saya dan beberapa teman seliqo’an pun belajar di dua murobbi, yang satu dari tarbiyah dan satunya lagi adalah dari salafi. Saat itu, kami tidak tahu kalau dalam pembelajaran (tarbiyah) terdapat tingkatan-tingakatannya yang mulai ilmu dasar dan seterusnya, sehingga kita bisa belajar secara bertahap. Maka dari itu, sebenarnya tidak baik jika belajar di dua murobbi.
Dari kelompok liqo saat itu, saya mendapatkan banyak motivasi dan informasi. Hingga, yang awalnya tidak mempunyai pemikiran kuliah menjadi tertarik untuk melanjutkan ke jenjang strata 1. Namun, keinginan melanjutkan kuliah tidak disetujui oleh kedua orang tua karena alasan biaya yang cukup tinggi dan ayah sangat takut jika nantinya tidak bisa menyelesaikannya. Beastudi etos adalah solusi dari permasalahan yang saya hadapi saat itu. Orang tua pun menyetujui saya mendaftar beasiswa itu jika memang keinginanku untuk melanjutkan sangat besar. Alhamdulillah, berkat ridho orang tua saya keterima menjadi salah satu dari 130 orang dari seluruh Indonesia yang beruntung mendapatkan beasiswa tersebut.
Dengan bantuan beastudi etos, saya menjalani perkuliahan di Jurusan Nutrisi dan Makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Di etos, saya menemukan komunitas tarbiyah yang hampir sama dengan saat di SMA, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan agenda-agendanya. Selain di etos dengan pola pembinaan yang intensif, saya juga bergabung dengan komunitas tarbiyah Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro melalui Lembaga Keluarga Muslim An Nahl. Dari etos dan An Nahl saya mulai mengenal esensinya berdakwah, yang saat SMA belum begitu mengenalnya. Ternyata, tarbiyah dan dakwah itu adalah suatu kewajiban bagi muslim yang sangat jelas diterangkan dalam Al-Qur’an.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. 3:104).
Semenjak di Universitas, saya menjadi tahu bahwa tarbiyah dan dakwah adalah hal yang sangat berhubungan. Keduanya harus berjalan secara beriringan. Tarbiyah menjadi dasar mengambil tindakan dalam dakwah, dan dakwah akan berjalan dengan baik jika orang-orang yang terlibat di dalamnya tertarbiyah dengan baik, sehingga banyak yang bilang bahwa “tarbiyah bukan segala-galanya, tetapi hal-hal yang luar biasa bisa terjadi berawal dari tarbiyah”.
Dalam berdakwah, sangat diperlukan adanya sebuah wadah yang digunakan untuk menaungi keberlangsungan kegiatan agar gol setting yang ingin dicapai dapat tercapai dengan maksimal mungkin. Maka dari itu, kita memerlukan adanya sebuah lembaga yang dapat digunakan untuk merencakan, mengkoordinir, dan mendistribusikan amal ma’ruf nahi munkar agar hasilnya dapat dirasakan oleh banyak orang. Nah, salah satunya adalah melalui sebuah lembaga yang memang ada di Indonesia yaitu “Partai”. Mungkin banyak orang mengatakan bahwa partai hanya melakukan hal-hal yang bersifat politik saja dan biasanya dianggap ‘kotor’ dan hanya berkepentingan untuk eksistensi diri dan partainya saja, memperoleh jabatan dan lain-lain. Dengan adanya banyak persepsi tersebut, diperlukan solusi dan bukti untuk mengatasi hal-hal tersebut.

Partai Keadilan Sejahtera?

Partai Keadilan Sejahtera adalah sebuah lembaga dakwah, dimana orang-orang yang di dalamnya hampir seluruhnya terlibat dalam aktifitas tarbiyah dan dakwah. Dari lembaga tersebutlah yang banyak mengajarkan berbagi aktifitas tarbiyah dan dakwah kepada saya selama ini. Yang mencetak orang-orang hebat yang senantiasa memotivasi diri saya hingga saya bisa melangkahkan kaki di Semarang dan merasakan duduk di bangku perkuliahan, serta mengajarkan berbagai pengetahuan keislaman, sosial kemasyarakatan, dan kemandirian.
Pada awalnya, saya agak kecewa ternyata yang mengajarkan berbagai hal yang saya senangi, yang memotivasi saya untuk sennatiasa bisa memperbaiki diri, dan yang menyampaikan saya ke dalam dunia tarbiyah adalah bagian dari kader partai. Saat itu, manset saya masih seperti yang saya tuliskan di paragraf sebelumnya yaitu bahwa partai dan politik adalah kotor. Namun, setelah mengetahui dari berbagi informasi dan saya sendiri ikut ke dalam agenda-agendanya, manset saya jadi berubah bahwa partai adalah wadah legal yang bisa digunakan untuk mencetak pemimpin-pemimpin yang nantinya menjadi pemimpin masyarakat di Indonesia. Karena melakukan amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan pemimpin-pemimpinnya. Jika pemimpinnya baik, akan lebih mudah mengajak banyak orang ikut dalam berbuat kebaikan. Jadi, untuk itu diperlukan wadah, lembaga atau jamaah dengan tujuan yang sama yaitu beramar ma’ruf nahi munkar (PKS).

Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar