Pengalaman Guru Terbaik Dalam Hidup

Pengalaman Guru Terbaik Dalam Hidup
Tetap senyum, Selalu tersenyum

Minggu, 16 Juni 2013

Jika Sedang Jatuh Cinta




Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ””Aku?”, tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau wahai saudaraku!””Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?””Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”’
Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?””Entahlah..””Apa maksudmu?””Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!””Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu.”

Kemudian Nabi saw bersabda: “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:“ Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.”
(Kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, Bab 4).


http://www.kisah.web.id/tokoh-islam/kisah-cinta-ali-dengan-fatimah-azzahra.html

Jumat, 07 Juni 2013

Membuka Hati





Robbisrohli sodri, wa yassirli amri,
wah lul uqdatan min lisani, yafqohu qouli

“Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”
(QS Thaha [20]: 25-28)

Kamis, 06 Juni 2013

Monas oh Monas













Memelihara Perasaan Gembira



Ustadzah Tety
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan dominasi manusia”.
Apabila kita cermati, doa ini sungguh luar biasa. Ternyata awal dari kesedihan dapat menimbulkan rentetan-rentetan masalah lainnya:
a.      Orang yang sedang dilanda kesedihan, menyebabkan ia lemah tak berdaya
b.      Orang yang sedang lemah, akan malas melakukan sesuatu
c.       Jika sudah malas, maka akan menyeret ia ke dalam sifat pengecut
d.      Seorang pengecut, biasanya ia juga bakhil, tak mau melakukan pengorbanan dalam bentuk apapun
e.      Dan orang yang bakhil, bisa terjerumus ke dalam lilitan hutang dan penindasan orang lain (dominasi manusia). Hutang di sini bisa berupa hutang janji, hutang jasa dan sebagainya
Maka dari itu, mari kita hilangkan kesedihan-kesedihan yang menimpa diri kita. Mari jauhi hal-hal yang menyebabkan kesedihan. Karena sesungguhnya dalam QS Yunus: 62, Allah telah memberikan contoh bahwa wali-wali Allah itu tidak bersedih hati.
“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka. Dan mereka tidak bersedih hati” (QS.10:62)
Selanjutnya, bagaimanakah cara memelihara atau melatih kegembiraan dalam diri kita????
Jawabannya adalah berusaha melakukan “tombo ati”nya Opick:
1.      Membaca Al Quran beserta maknanya
2.      Mendirikan shalat malam
3.      Berkumpul dengan orang-orang shaleh
4.      Memperbanyak puasa
5.      Memperpanjang dzikir malam

06 Juni 2013, Daarul Hikmah, Bandar Lampung

Minggu, 02 Juni 2013

We Shall Overcome Lyrics




We shall overcome
We shall overcome
We shall overcome some day
Oh, deep in my heart
I do believe
We shall overcome some day
We'll walk hand in hand
We'll walk hand in hand
We'll walk hand in hand some day
Oh, deep in my heart
I do believe
We shall overcome some day
We shall all be free
We shall all be free
We shall all be free some day
Oh, deep in my heart
I do believe
We shall overcome some day
We are not afraid
We are not afraid
We are not afraid some day

 Oh, deep in my heart
I do believe
We shall overcome some day

We are not alone
We are not alone
We are not alone some day

Oh, deep in my heart
I do believe
We shall overcome some day

The whole wide world around
The whole wide world around
The whole wide world around some day

Oh, deep in my heart
I do believe
We shall overcome some day

We shall overcome
We shall overcome
We shall overcome some day

Oh, deep in my heart
I do believe
We shall overcome some day

Kumpulan SMS Tauhid Aagym



Kebenaran itu indah, tak memerlukan penyampaian yang penuh dengan hawa nafsu, sikap dan tutur kata yang buruk.

Semakin berharap kepada selain Alloh, maka hati akan semakin gelisah. Semakin tak berharap apapun dari siapapun selain Allah, hati akan semakin tenang dan nyaman.

Bersyukurlah bila kita belum memiliki segala sesuatu yang kita inginkan, karena apabila sudah apalah artinya USAHA. Bersyukurlah bila kita tidak mengetahui sesuatu, karena itu memberi kita kesempatan untuk BELAJAR. Bersyukurlah disetiap kesulitan yang kita hadapi, karena itu yang membuat kita semakin KUAT..

Bila hati yakin dan berbaik sangka kepada Allah, pasti Allah tahu isi hati kita, dan bonusnya adalah Allah memberikan ketenangan dan kemantapan.

Bila hati bersandar kepada selain Allah, pasti Allah tahu karena Allah tahu persis isi hati. Hadiahnya akan diberi gelisah hati, tapi bila bulat tawakal kepada Allah akan tenang.

Tugas kita adalah meluruskan niat agar benar2 murni lillahita’ala, sempurnakan iabdah, sempurnakan ikhtiar & sempurnakan tawakal. Insya Allah akan mendapatkan ketentuan terbaik.

Setiap makhluk adalah milik Allah karena Dia yang menciptakan dan mengurusnya setiap saat. Tak ada satupun yang luput dari kekuasaanNya. Tak ada yang bisa terjadi tanpa ijinNya.

Sebetulnya kita masih dihargai orang lain karena Allah masih menutupi aib dan dosa2 kita. Mari tafakuri dengan jujur apa yang terjadi bila Allah membeberkan siapa diri kita yang sebenarnya.

Tak pernah ada  yang luput dari tatapan Allah. Allah benar2 Maha Menyaksikan apapun yang kita lakukan. Tak ada yang tersembunyi, tak bisa berdusta sama sekali di hadapan Allah.

Kita sering menganggap kedzoliman hanya terhadap makhluk. Padahal menurut Allah dalam surat Luqman:13 “Sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah kedzoliman yang amat besar.

Bila ada orang yang melihat, bersemangat. Dan bila tak ada yang melihat, tak semangat beramal. Itu adalah menunjukkan tak ikhlas. Padahal ada atau tiada yang lihat, Allah pasti melihat.

Semua karunia adalah mutlak milik Allah & dibagikan oleh Allah semata. Sedangkan makhluk hanyalah jalan sampaikan nikmat atau ujian hidup ini, bukan sebagai sumbernya.

Langit yang 7, bumi & semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tapi kamu sekalian tak mengerti tasbih mereka. QS 17:44.

Ketenangan batin tak akan diperoleh dengan harta, kedudukan, kekuasaan, popularitas, penghormatan manusia, ketenangan hanya datang dari Allah semata, pemilik hati kita.

Dialah Allah yang menurunkan sakinah di hati orang yang beriman, sebagai hadiah bagi orang yang YAKIN & PATUH kepadaNya. Berarti yang tak yakin & tak patuh tak akan pernah sakinah.

Bila ada pertanyaan “mengapa rezeki kita selalu kurang?” jawaban sederhananya, bisa jadi selama ini kita kurang bersyukur.