Transgender,
Kebudayaan Siapa?
Islam,... sungguh indah peraturannya
dalam mengatur kehidupan manusia dan alam semesta. Allah menciptakan semuanya
dengan adil dan indahnya. Ada bulan yang menerangi saat malam, ada matahari
yang menjadi sumber cahaya pada siang hari, ada baik dan ada buruk yang saling
mengimbangi, serta ada laki-laki dan ada perempuan yang saling melengkapi.
Itulah sebagian kecil indahnya ciptaan Allah. Namun, seringkali manusia
melupakan keteraturan dan keindahan ciptaan Allah tersebut. Seringkali manusia
tidak mensyukuri segala nikmat yang diberikanNya sehingga merasa tidak puas dan
selalu merasakan kekurangan.
Akhir-akhir ini kita banyak
mendengar adanya undang-undang kesetaraan gender
yang menginginkan perempuan setara dengan laki-laki dalam segala hal. Islam
pun sebenarnya tidak melarang adanya hak perempuan sama dengan laki-laki dalam
berbagai hal. Islam sudah mengaturnya sesuai dengan kemampuan dan qodratnya.
Namun, manusia masih merasakan ketidakpuasan atas indahnya peraturan islam tersebut,
sehingga masih menginginkan hal yang lebih dan lebih. Misalnya dalam hal
menjadi pemimpin. Islam mengajarkan yang berhak menjadi pemimpin adalah
laki-laki, karena memang perempuan mempunyai keterbatasan dalam fitrah
kepemimpinnya. Maka dari itu, yang berhak menjadi pemimpin dalam skala wilayah
yang luas adalah laki-laki.
Ada juga sekelompok orang yang
menghalalkan adanya transgender.
Istilah inipun tidak asing lagi kita dengar.
Transgender pun menjadi hal yang biasa. Laki-laki meniru gaya perempuan dan
perempuan meniru gaya laki-laki menjadi hal yang tidak dilarang. Bahkan sudah
menjadi hal legal di negeri yang menjunjung nilai Ketuhanan yang Maha Esa.
Bukankah ini sudah sangat menyimpang dari peraturan islam kita yang sangat
indah itu?
“Wahai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian
dari jiwa yang satu dan dari jiwa yang satu itu Dia menciptakan pasangannya,
dan dari keduanya Dia memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak.”(An-Nisa`: 1). Ayat ini merupakan bagian dari khutbatul hajah yang
dijadikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai pembuka
khutbah-khutbah beliau. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa dari jiwa yang satu,
Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan pasangannya. Qatadah dan Mujahid
rahimahumallah mengatakan bahwa yang dimaksud jiwa yang satu adalah Nabi Adam
'alaihissalam. Sedangkan pasangannya adalah Hawa. Qatadah mengatakan Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Adam. (Tafsir Ath-Thabari, 3/565, 566)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar