Aku,
Tarbiyah dan PKS
Sepotong Episode Tarbiyahku
Tarbiyah berarti
pendidikan. Namun, saya akan memaparkan mengenai perjalanan tarbiyah saya
semenjak mengenal dakwah saja. Tarbiyah saya berawal dari sekitar akhir tahun
2005 lalu, semenjak dikenalkan oleh pembina Rohis SMA Negeri 1 Karanggede
kepada istrinya Bunda Evi Ediningsih untuk belajar dalam “ Liqo”, walaupun
mengenal mentoring sudah sejak awal masuk SMA yang dibina oleh kakak angkatan.
Saat itu awal saya berhijrah mengenakan jilbab karena awal SMA hingga kurang
lebih 1 tahun berjalan belum bisa mengenakan busana yang sesuai syariat islam
itu. Senang rasanya mendapat sambutan yang luar biasa dari pembina rohis,
kakak2 kelas yang di Rohis, temen2 sebangku dan sekelas, bahkan hampir semua
temen2 di SMA Negeri 1 Karanggede.
Bagi saya, mengenakan
busana yang sesuai syariat tersebut sangat menyenangkan dan menenteramkan hati.
Pertama kalinya hijrah menggunakan jilbab, keluarga sangat kaget dan sedikit
kecewa karena harus ganti seragam baru yang berarti harus mengeluarkan biaya
lagi untuk membelinya. Tetapi alhamdulillah hal tersebut akhirnya tidak menjadi
masalah. Toh, yang dipakai membeli
seragam barupun memakai uang tabungan saya sendiri. Setelah saya memulai
memberanikan beralih mengenakan jilbab, banyak teman yang mengikuti jejakku
yang awalnya tidak berani hijrah, bahkan peleton putri paskibrapun akhirnya
berjilbab. Alhamdulillah juga, guru-guru sangat well come dengan perubahan pakaian-pakaian syari yang kita kenakan.
Teman-teman liqo SMA berjumlah
10 orang: Dian, Retno, Istiqomah, Intan, Wahyu, Asri, Catur, Ima, Wahyuni, dan
Siti. Saking pengen tahunya, saya dan
beberapa teman seliqo’an pun belajar di dua murobbi, yang satu dari tarbiyah
dan satunya lagi adalah dari salafi. Saat itu, kami tidak tahu kalau dalam
pembelajaran (tarbiyah) terdapat tingkatan-tingakatannya yang mulai ilmu dasar
dan seterusnya, sehingga kita bisa belajar secara bertahap. Maka dari itu,
sebenarnya tidak baik jika belajar di dua murobbi.
Dari kelompok liqo saat
itu, saya mendapatkan banyak motivasi dan informasi. Hingga, yang awalnya tidak
mempunyai pemikiran kuliah menjadi tertarik untuk melanjutkan ke jenjang strata
1. Namun, keinginan melanjutkan kuliah tidak disetujui oleh kedua orang tua
karena alasan biaya yang cukup tinggi dan ayah sangat takut jika nantinya tidak
bisa menyelesaikannya. Beastudi etos adalah solusi dari permasalahan yang saya
hadapi saat itu. Orang tua pun menyetujui saya mendaftar beasiswa itu jika
memang keinginanku untuk melanjutkan sangat besar. Alhamdulillah, berkat ridho
orang tua saya keterima menjadi salah satu dari 130 orang dari seluruh
Indonesia yang beruntung mendapatkan beasiswa tersebut.
Dengan bantuan beastudi
etos, saya menjalani perkuliahan di Jurusan Nutrisi dan Makanan ternak Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Di etos, saya menemukan komunitas
tarbiyah yang hampir sama dengan saat di SMA, sehingga tidak memerlukan waktu
yang lama untuk beradaptasi dengan agenda-agendanya. Selain di etos dengan pola
pembinaan yang intensif, saya juga bergabung dengan komunitas tarbiyah Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro melalui Lembaga Keluarga Muslim An Nahl. Dari
etos dan An Nahl saya mulai mengenal esensinya berdakwah, yang saat SMA belum
begitu mengenalnya. Ternyata, tarbiyah dan dakwah itu adalah suatu kewajiban
bagi muslim yang sangat jelas diterangkan dalam Al-Qur’an.
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung” (QS. 3:104).
Semenjak di
Universitas, saya menjadi tahu bahwa tarbiyah dan dakwah adalah hal yang sangat
berhubungan. Keduanya harus berjalan secara beriringan. Tarbiyah menjadi dasar
mengambil tindakan dalam dakwah, dan dakwah akan berjalan dengan baik jika
orang-orang yang terlibat di dalamnya tertarbiyah dengan baik, sehingga banyak
yang bilang bahwa “tarbiyah bukan
segala-galanya, tetapi hal-hal yang luar biasa bisa terjadi berawal dari
tarbiyah”.
Dalam berdakwah, sangat
diperlukan adanya sebuah wadah yang digunakan untuk menaungi keberlangsungan
kegiatan agar gol setting yang ingin
dicapai dapat tercapai dengan maksimal mungkin. Maka dari itu, kita memerlukan
adanya sebuah lembaga yang dapat digunakan untuk merencakan, mengkoordinir, dan
mendistribusikan amal ma’ruf nahi munkar agar hasilnya dapat dirasakan oleh
banyak orang. Nah, salah satunya adalah melalui sebuah lembaga yang memang ada
di Indonesia yaitu “Partai”. Mungkin banyak orang mengatakan bahwa partai hanya
melakukan hal-hal yang bersifat politik saja dan biasanya dianggap ‘kotor’ dan
hanya berkepentingan untuk eksistensi diri dan partainya saja, memperoleh
jabatan dan lain-lain. Dengan adanya banyak persepsi tersebut, diperlukan
solusi dan bukti untuk mengatasi hal-hal tersebut.
Partai
Keadilan Sejahtera?
Partai Keadilan
Sejahtera adalah sebuah lembaga dakwah, dimana orang-orang yang di dalamnya
hampir seluruhnya terlibat dalam aktifitas tarbiyah dan dakwah. Dari lembaga
tersebutlah yang banyak mengajarkan berbagi aktifitas tarbiyah dan dakwah
kepada saya selama ini. Yang mencetak orang-orang hebat yang senantiasa
memotivasi diri saya hingga saya bisa melangkahkan kaki di Semarang dan
merasakan duduk di bangku perkuliahan, serta mengajarkan berbagai pengetahuan
keislaman, sosial kemasyarakatan, dan kemandirian.
Pada awalnya, saya agak
kecewa ternyata yang mengajarkan berbagai hal yang saya senangi, yang
memotivasi saya untuk sennatiasa bisa memperbaiki diri, dan yang menyampaikan
saya ke dalam dunia tarbiyah adalah bagian dari kader partai. Saat itu, manset saya masih seperti yang saya
tuliskan di paragraf sebelumnya yaitu bahwa partai dan politik adalah kotor.
Namun, setelah mengetahui dari berbagi informasi dan saya sendiri ikut ke dalam
agenda-agendanya, manset saya jadi
berubah bahwa partai adalah wadah legal yang bisa digunakan untuk mencetak
pemimpin-pemimpin yang nantinya menjadi pemimpin masyarakat di Indonesia.
Karena melakukan amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan dari diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan pemimpin-pemimpinnya. Jika pemimpinnya baik, akan
lebih mudah mengajak banyak orang ikut dalam berbuat kebaikan. Jadi, untuk itu
diperlukan wadah, lembaga atau jamaah dengan tujuan yang sama yaitu beramar
ma’ruf nahi munkar (PKS).
Mei 2012